Home »
Info kesehatan
» Herba untuk Kanker
Herba untuk Kanker
Written By Ining Pamuji Atmi on Jumat, 14 Mei 2010 | Jumat, Mei 14, 2010
Pengobatan herba pun harus mengikuti tata cara agar berjalan sesuai harapan, aman, dan efektif.
Rupanya herba dalam bentuk ramuan, jamu, bubuk, maupun bentuk lain sudah menjadi salah satu obat tradisional yang paling banyak dilirik dalam pengobatan kanker. Situs www.CancerHelpUK.com menyebutkan, pengkonsumsinya mencapai 60 persen dari seluruh penderita kanker di seluruh dunia, atau setiap 6 dari 10 penderita.
Dari jumlah tersebut, banyak yang pengobatannya lancar dan berhasil sembuh, namun ada juga yang hasil pengobatannya berjalan tidak sesuai harapan.
Menurut Dr Arijanto Jonosewojo, SpPD, Kepala Poliklinik Pengobatan Komplementer dan Alternatif RS Dr Soetomo, Surabaya, ada banyak faktor yang membuat pengobatan herba tidak berjalan sesuai harapan. ”Umumnya, keadaan tersebut disebabkan kurangnya pemahaman pasien mengenai tata cara mengkonsumsi herba,” jelasnya.
Nah, supaya pengobatan herba berjalan aman dan efektif pastikan memahami rambu-rambunya. Di antaranya, seperti berikut ini:
1. Jangan dipukul rata
Harus diakui, tidak sedikit penderita kanker yang menjalani pengobatan herba tanpa konsultasi pada dokter atau herbalis. Sebagian dari mereka mengadaptasi herba berdasarkan kesaksian orang atau kepercayaan terhadap efektivitas herba tertentu yang beredar di masyarakat.
Padahal, herba yang cocok bagi orang lain belum tentu cocok bagi kita. Sebab, meskipun jenis kankernya sama, namun kondisi setiap orang bisa berbeda-beda. Hal ini membuat keputusan memilih dan mengkonsumsi herba tidak bisa dipukul rata, karena dosis, efek, serta efektivitas herba pada setiap penderita bisa bervariasi.
2. Cermati klaim ”mengobati”
Jumlah herba yang sudah diuji secara klinis kemudian diisolasi menjadi obat medis dan diberikan dalam kemoterapi - sehingga disebut obat, atau berperan mengobati - jumlahnya masih sangat terbatas. Di antaranya vincristine, vinblastine, vindesine, venorelbin (dibuat dari tapak dara), dan taxol (pacific yew).
Namun di media massa, kita sering menjumpai herba tertentu yang diklaim ”mengobati kanker” tanpa menjelaskan secara rinci apa peranannya. Menurut C. Leigh Broadhurst, PhD dalam tulisannya yang berjudul ”How Do Plants Help Prevent Cancer” (Herbs for Health, Januari 2000), herba yang dikatakan mengobati kanker belum tentu mampu membunuh sel kanker.
Bisa saja, herba-herba lebih berperan menyuplai antioksidan (kunyit, daun basil, bawang putih; jamur shiitake, reishi, maitake, dsb), menghambat perkembangan sel kanker (lidah buaya, kecambah, jintan, tapak dara, keladi tikus), meningkatkan stamina (ginseng, jahe), atau melindungi hati dari kerusakan akibat penggunaan obat jangka panjang sekaligus mengurangi efek samping terapi seperti mual, muntah, dan tidak napsu makan (lidah buaya, temulawak).
”Herba tersebut bekerja secara tidak langsung, dengan cara meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik inilah yang ikut menghambat perkembangan sel kanker, dan lebih tepat disebut membantu mengobati,” tutur Dr Arijanto.
3. Konsultasi, wajib!
Oleh sebab itu, langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mengkonsumsi herba adalah konsultasi terlebih dahulu. Untuk berkonsultasi mengenai herba, pastikan Anda membawa hasil diagnosa, lengkap dengan pemeriksaan laboratorium yang ada.
Hasil diagnosa merupakan pertimbangan untuk menentukan apakah seorang pasien perlu diberi herba sebagai terapi utama atau pendukung, termasuk jenis herba yang paling sesuai dengan kondisi dan gejala yang ada. Sementara pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan (kontraindikasi) antara herba dengan kondisi tubuh pasien. Misalnya, jika memiliki gangguan ginjal atau hati, dokter akan mempertimbangkan herba apa yang paling aman. Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain kadar asam urat, gula darah, fungsi hati, ginjal, dan sebagainya.
Setelah mendapat saran mengenai herba yang perlu dikonsumsi pasien, jangan lupa untuk menanyakan beberapa hal berikut ini:
* Bagaimana kondisi kesehatan pasien, apakah memungkinkan untuk mengkonsumsi herba?
* Bagaimana cara kerja herba tersebut?
* Apakah herba yang bersangkutan akan berpengaruh terhadap obat lain yang sedang dikonsumsi, dan bagaimana cara aman mengkonsumsinya?
* Berapa lama efeknya akan muncul?
* Berapa lama herba tersebut dikonsumsi, dan kapan harus dihentikan (baik untuk sementara maupun seterusnya)?
Penulis : Dyah Pratitasari
Label:
Info kesehatan
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !