Biasa digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan dan mulai diharapkan dalam pengobatan diabetes, jantung koroner, dan kanker.
Tahun ini, semua persyaratan itu dianggap bisa dipenuhi oleh dill, tanaman aromatik yang bentuk daunnya mirip jarum. Herba yang dalam bahasa latinnya bernama Anethum graveolens ini selama berabad-abad terbukti ampuh dan aman digunakan untuk mengatasi berbagai macam gangguan pencernaan.
Beberapa
penelitian juga berhasil mengungkap “bakat”-nya yang terpendam, yakni
sebagai antibakteri, antikolesterol, dan antikanker. Kemampuannya itu
membuat para herbalis sepakat bahwa dill layak menyandang gelar Herb of The Year 2010 dan patut diperhitungkan sebagai obat masa depan.
Kalau
Anda sedikit merasa asing dengan namanya, itu bisa dimaklumi. Dill
memang herba luar dan diduga berasal dari daerah Mediterania (Yunani
dan sekitarnya) dan Eropa Timur. Beberapa sumber juga menyebutkan ia
berasal dari Asia Barat, terlebih karena dill sudah menjadi bagian dari sistem pengobatan Ayurveda sejak tahun 700 SM.
Di berbagai belahan dunia, dill disebut dengan nama berbeda-beda. Di daerah Yunani misalnya, ia dikenal dengan nama anitho atau anitos. Hampir sama dengan nama yang diberikan oleh bangsa India, yaitu aneto. Bangsa Arab memanggilnya shabath, shibitt, atau sjamar. Sementara di Cina, ia disebut sih loh (Kanton), shi luo, atau tu hui xiang (Mandarin). Bangsa Korea memberinya nama tir atau inondu, mirip dengan nama yang diberikan oleh Jepang, yaitu inondo.
Yang memberikan sebutan dill
adalah bangsa Serbia, Swedia, Irlandia, dan Latvia. Konon, julukan yang
seragam di beberapa negara terakhir ini disebabkan namanya lahir dari
istilah ”dilla”, yang dalam bahasa Norse (Skandinavia kuno) berarti
menenangkan
Pemilihan kata dill tersebut
bukan tanpa alasan. Waktu itu, pada malam hari, banyak bayi yang rewel
tanpa diketahui alasannya. Orang Skandinavia Kuno beranggapan,
penyebabnya adalah gangguan roh jahat.
Setelah
mencoba beberapa cara, mereka berkesimpulan bahwa bayi yang diberi
beberapa sendok minuman yang berasal dari seduhan daun atau biji dill relatif cepat tenang dan dapat tidur dengan pulas. Hal ini juga terjadi bila seduhan dill
diminumkan pada ibu menyusui. Selain merasa lebih relaks, produksi air
susunya pun meningkat drastis. Fenomena ini membuat para Skandinavian –
sebutan untuk orang Skandinavia - percaya, dill memang ampuh menangkal pengaruh sihir dan roh jahat yang mengganggu para bayi.
Mengapa menenangkan
Menurut Dr Sisilia Indradjaja, MHM, ahli herba yang berpraktik di klinik ”O”, Jakarta, secara umum dill
memiliki efek farmakologis sebagai pelancar ASI, peluruh kentut,
antikejang, antiradang, antibakteri, dan antioksidan. Efeknya itu tidak
terlepas dari senyawa aktif yang terkandung di dalamnya antara lain
tanin, flavonoid, dan minyak esensial carvone, limonene, anethofuran, phellandrene, dan masih banyak lagi.
Perlu diketahui, tanin berperan sebagai astringent yang
bekerja dengan cara menciutkan lendir, sehingga dapat membantu
mengurangi timbulnya dahak atau lendir penyebab batuk dan pilek.
Sedangkan
flavonoid merupakan sejenis antioksidan yang berperan menyembuhkan
peradangan dan luka di tingkat sel. Perannya itu membuat dill mampu meringankan demam serta luka di dalam organ pencernaan (usus dua belas jari dan lambung).
Khusus mengenai khasiat dill pada luka lambung pernah diteliti oleh Hosseinzadeh, dari Faculty of Pharmacy, Mashhad University of Medical Sciences , Iran .
Dalam penelitiannya tersebut, tikus yang keasaman lambungnya meningkat
tajam karena pemberian asam hidroklorat dan etanol, setelah diberi
ekstrak biji dill ternyata tingkat keasamannya menurun secara signifikan. Penelitian yang dimuat dalam BMC Pharmacol Journal (Desember 2002) ini menunjukkan bahwa dill bekerja dengan cara mengurangi asam penyebab luka lambung.
Jika dilihat dari sudut pandang sistem pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM), dill
merupakan herba yang bersifat aromatik dan menghangatkan. Menurut Dr
Sisilia, herba semacam ini bermanfaat melancarkan energi sehingga
gejala yang muncul akibat energi tersumbat seperti mual, kembung,
sebah, atau kejang bisa diatasi.
”Selain
itu, minyak esensialnya berperan sebagai antijamur dan antibakteri
sehingga juga bermanfaat untuk mengobati masalah kulit, terutama yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri,” kata Dr Sisilia.
Aktivitas minyak esensial dill
dalam memerangi bakteri dan jamur ini pun pernah dibuktikan oleh
Majekodunmi bersama rekan-rekannya, sekelompok peneliti asal Oman, yang
laporannya dimuat dalam Pharmaceutical Biology Journal (Volume 44, 2006). (N)
Penulis : Dyah Pratitasari
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !