Konon, Raja Montezuma, pemimpin suku Aztec yang ber-kuasa saat itu, sangat gandrung pada minuman cokelat yang dinamai cacahuatl atau xocoatl. Minuman yang dibuat dari seduhan biji-biji cokelat yang sudah digosongkan ini disuguhkan bagi Raja Montezuma sebelum mengunjungi istana harem untuk menemui 600 orang istrinya. Tak tanggung-tanggung, Raja Montezuma rajin minum cokelat hingga 50 gelas setiap hari demi menjaga stamina dan keperkasaannya. Dari sinilah kiprah cokelat sebagai afrodisiak alias peningkat gairah seks dimulai.
Hernando Cortez, penjelajah dari Spanyol, berhasil me-naklukkan bangsa Aztec. Cortez kemudian membawa dan mem-populerkan cokelat ke Eropa pada tahun 1520 yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Pemanfaatan cokelat sebagai obat, baru dimulai tahun 1570-an oleh bangsa Yunani. Cokelat dipercaya sebagai minuman menyejukkan dan bermanfaat untuk menurunkan demam dan disentri.
Mitos vs fakta
- Cokelat kaya antioksidan
Mauro Serafini, PhD, peneliti dari Italy’s National Institute for Food and Nutritition, Roma, menyatakan bahwa cokelat pekat alias dark chocolate – bukan cokelat susu atau cokelat putih - kaya akan antioksidan polifenol (flavonoid) dalam bentuk katekin (catechin), epikatekin, procyanidin, tanin dan quercetin. Efek antioksidan ini akan berkurang bila dark chocolate dicampur dengan susu. “Susu akan mengganggu penyerapan antioksidan yang terkandung di dalam cokelat,” ungkap Serafini. Karenanya, James M. Harnly, PhD, peneliti dari USDA Food Composition Lab, mengatakan bahwa cokelat susu memiliki kandungan antioksidan yang paling rendah diantara jenis cokelat lainnya.
Para peneliti dari Italia dan Skotlandia menemukan bahwa tingkat antioksidan dalam darah meningkat hingga 20 persensetelah mengkonsumsi 100 g cokelat pekat. Para ahli dariAmerican Health foundation menegaskan bahwa keampuhankatekin, yang merupakan antioksidan utama di dalam coke-lat, dalam melindungi tubuh hampir 100 kali lebih efektif daripada vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E. Menurut Holland’s National Institute of Public Health and Environ-ment, kadar katekin cokelat mencapai 53,5 mg dalam 100 g cokelat. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan kadar katekin teh hijau (13,9 mg/100 g) yang selama ini dielu-elukan sebagai minuman antikanker dan serangan jantung.
- Cokelat menyehatkan jantung
Selama ini kita menyalahkan cokelat sebagai pemicu melambungnya kadar kolesterol. Padahal cokelat murni mengandung senyawa antikolesterol. Katekin merupakan flavonoid dalam cokelat yang bermanfaat melindungi dari serangan jantung dan stroke dengan cara menghalangi oksidasi kolesterol ‘jahat’ LDL sehingga darah tidak mengental dan mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.
Jeffrey Blumberg, PhD, Direktur Antioksidan Research Laboratory di Tuft University meneliti kemampuan cokelat meng-atasi hipertensi. Cokelat pekat (dark chocolate) yang diberikan kepada penderita hipertensi sebanyak 80 g per hari setelah 2 minggu terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Ini ditegaskan oleh Mary B Engler, PhD, dari University of California, AS, yang mengatakan bahwa cokelat mampu melancarkan aliran darah dan menurunkan kadar kolesterol jahat LDL.
- Cokelat mengandung lemak ‘baik’
Lemak cokelat (cocoa butter) bermanfaat bagi penderita hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol darah) karena mampu menggelontor gumpalan-gumpalan lemak darah. Lemak cokelat mengandung asam oleat (omega -9) – asam lemak tak jenuh tunggal yang bersahabat dengan jantung dan juga terkandung dalam minyak zaitun. Kandungan asam lemak tak jenuh inilah yang membantu menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’. Sayangnya karena harga lemak cokelat murni relatif mahal, dalam banyak produk olahan cokelat, lemak ‘baik’ ini sering digantikan dengan minyak nabati yang lebih murah.
- Cokelat sebagai afrodisiak
Sebenarnya ada apa di dalam cokelat hingga bisa mendapat predikat sebagai obat perekat cinta? Menurut penelitian dari University of Pittsburg, jawabannya karena cokelat mengandung senyawa phenylethylamine yang berjasa melebarkan pembuluh darah ke otak dan meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang akhirnya menghasilkan hormon serotonin dan dopamin yang mampu menimbulkan perasaan senang, relaks, bebas stres, perbaikan mood, sekaligus meningkatkan gairah seksual.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !