Echinacea Paling Ampuh Cegah Influenza

Herba yang paling populer di Eropa dan amerika ini sedang ramai dibicarakan di indonesia. agar benar-benar manjur, perhatikan aturan pakainya. Pada tahun 1870, seorang dokter dari Pawnee City, Nebraska, amerika Serikat, membuat tantangan yang mengejutkan. Untuk membuktikan kekuatan echinacea, ia menawarkan tubuhnya sendiri untuk digigit oleh ular berbisa. Selanjutnya, ia meminta temannya untuk tidak memberi obat apapun, selain echinacea. Sayangnya, tidak ada yang berani menerima tantangannya itu. Kini sang dokter boleh bernapas lega. Tanpa pembuktian ekstrim yang pernah ditawarkannya dulu, echinacea secara ilmiah telah terbukti efektif sebagai penawar racun. lebih hebat lagi, penelitian yang terus dilakukan terhadap herba ini justru menemukan fakta baru. Echinacea bisa dijagokan untuk mengobati berbagai penyakit. Keampuhannya dalam mendongkrak imunitas dengan cepat membuat echinacea populer ke berbagai negara, termasuki indonesia. Serupa tapi tak sama Bagi penduduk Eropa dan amerika, echinacea bukan herba yang asing. Tanaman ini masih bersaudara dengan bunga aster. Penduduk asli indian amerika sudah mengenalnya sejak lama dengan istilah lokal. Oleh pendatang bule yang berbahasa inggris, tanaman itu disebut snakeroot. Disebut demikian karena akarnya tebal dan berwarna hitam, mirip ular. Hal ini jugalah yang mengilhami suku indian memanfaatkannya pertama kali untuk mengobati gigitan ular berbisa. ada puluhan jenis echinacea, warnanya pun beragam. Namun yang paling sering dimanfaatkan sebagai obat hanya 3 macam, yaitu Echinacea angustifolia, E.purpurea, dan E. pallida. Ketiganya mempunyai bentuk dan warna mahkota bunga yang serupa, namun tidak sama. Jika diperhatikan, E. angustifolia helai bunganya jarang-jarang dan pendek, E. purpurea helai bunganya ungu kemerahan. Sedangkan, E .pallida mempunyai helai bunga berwarna ungu pucat. mengapa perbedaan jenis herba ini perlu diketahui? “Karena khasiat bagian tanaman masing-masing jenis tidak sama,” tutur Dr Sisilia indradjaja, mHm, dokter ahli herba yang membuka klinik di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan. Badan pengawas obat dan makanan di Jerman menyatakan bahwa khasiat E. angustifolia terdapat pada bagian akar yang terpendam di dalam tanah. Sedangkan E. purpurea khasiatny berada pada bagian tanaman yang berada di atas tanah. Sementara itu, E. pallida menyimpan khasiat pada akarnya, termasuk akar yang tampak di permukaan tanah (WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Vol. 1, 1999). “Pembedaan tersebut berguna saat kita akan mengkonsumsi echinacea dalam bentuk segar. Kalau sudah diekstrak dalam bentuk suplemen kapsul, tablet atau tingtur ya tinggal dilihat saja komposisi bahan pada label kemasannya,” tutur Dr Sisilia. Setiap jenis echinacea juga mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda. Jika sudah dikemas dalam bentuk suplemen, efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh jumlah ekstrak yang terkandung di dalamnya. Di Jerman, semua suplemen echinacea harus mengandung 35% esktrak echinacea. Standarisasi ini belum diberlakukan di negara lain. Terbukti Keampuhannya Christopher Hobbs, l.ac dalam bukunya yang berjudul Echinacea The Immune Herb mengatakan bahwa echinacea mempunyai banyak khasiat, di antaranya untuk mengobati radang tenggorokan, herpes, psoriasis, bronchitis, alergi, diare karena bakteri, radang gusi, maupun eksim.(Nirmala)